Sabtu, 20 September 2008

Gelaran Sholat Malam Versus Konser Musik

Oleh: M. Afif Hasbullah


Tentu kita bertanya, ada apa gerangan dengan judul di atas? Masak memperbandingkan antara sholat dengan tetabuhan. Penulis tidak hendak memperbandingkan antara keduanya. Yang jelas walaupun sholat adalah kegiatan ibadah untuk Allah SWT, dengan syarat yang melakukannya dengan penuh keikhlasan dan keimanan. Namun sholat juga dapat menjadi duniawi tanpa spiritualitas sedikitpun, bila dilakukan dengan penuh riya untuk mendapat pujian, sanjungan atau penghargaan dari orang lain. Demikian pula, konser musik juga bisa menjadi hanya bernilai duniawi yang jauh dari unsur ukhrowi manakala di dalam pelaksanaannya jauh dari upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sholat bisa jadi tidak spiritual. Namun musik bisa spiritual. Tergantung bagaimana niat yang dibangun dan bagaimana bentuk pelaksanaannya. Sudahkah berdasarkan syara’?.


Pertanyaan di atas muncul ketika hendak dilaksanakannya gelaran sholat malam di Kampus Unisda, yang insyaallah dilaksanakan besok senin, 22 September 2008. Juga pertanyaan apakah sholat malam yang diorganisir dan diumumkan sedemikian rupa di koran, spanduk dan media radio justru akan menyebabkan riya’? demikianlah kekhawatiran yang ada.

Sehingga kemudian dibuatlah perbandingan oleh sementara panitia. Lha wong, wayang, dangdutan, orkesan saja dipublikasikan sedemikian rupa. Padahal yang disebut tadi cukup dekat dengan kemaksiatan. Di tempat pertunjukan biasa laki perempuan campur baur. Juga sudah lumrah ada minum-minuman keras.

”Apalagi Sholat malam. Sholat tahajjud kan baik. Masak tidak boleh diiklankan”. Demikian kata sebagian panitia. Panitia lain menyambut, ”dengan diiklankan justru syiar Islam dapat dilakukan secara luas. Sehingga keagungan acara keagamaan akan tercipta. Imej baik pun akan hadir disana”.

Yang jelas, kekhawatiran untuk publikasi acara keagamaan itu banyak ditimbulkan dari menghindari riya’. Namun juga akan kurang elok jika, hanya dengan kekhawatiran riya’ itu ummat Islam tidak terlihat kegiatannya. Menurut pendapat penulis, yang namanya riya’ mungkin-mungkin saja muncul di hati setiap pribadi. Karena riya’ itu sirr. Halus yang kadang timbul dalam kalbu manusia.

Riya’ memang harus dihindari. Tetapi dengan melatih terus menerus. Insyaallah akan hilang. Tentu dengan senantiasa belajar sabar, ikhlas, tuma’ninah serta istiqomah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar