Kamis, 01 Januari 2009

Meneropong 2009: Memaknai Hidup untuk Kemafaatan Orang Lain


Oleh: M. Afif Hasbullah

    Syukur Alhamdulillah, Allah SWT masih memberikan nikmat padaku hingga hari ini 1 Januari 2009. Subhanallah, aku masih melihat indahnya matahari pagi yang bersinar menembus dedaunan hijau yang semakin nampak berkilau dengan embun yang masih menetes. Kicauan burung yang masih terdengar di tengah hiruk pikuknya pembangunan yang menggusur rumah-rumah burung itu, namun entah darimana datangnya, burung-burung itu masih berkicau menyebut asma Allah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Seolah mengingatkan diriku untuk senantiasa berdzikir menyebut asmaNya Yang Maha Agung.

    Tahun baru 2009, banyak harapan yang kugantungkan di Tahun 2009 ini. Serangkaian rencana yang aku renungkan dari proses muhasabah semalam. Yakni melalui refleksi diri atas apa yang aku lakukan selama setahun sebelumnya atau tahun-tahun sebelumnya lagi. Sungguh kritik diri yang amat berharga untuk menapak perbaikan di hari esok yang lebih cerah. Astaghfirullahaladzim, banyak kesalahan dan kekeliruan yang aku perbuat selama ini, banyak khilaf dan dosa yang aku lakukan, banyak kesombongan dan kedloliman yang aku praktekkan di muka bumi Allah ini. Semua sengaja dan tidak sengaja mewujud dalam tingkah polahku, demi mewujudkan dorongan nafsu yang senantiasa mengajak anak manusia menjauhi hati nurani.
    Namun demikian, belum lagi perbuatan tercela baik yang dlohir maupun yang bathin itu termintakan maaf dan terloloskan maafku dihadapanNya, amal ibadahku sungguh sangat sedikit, itupun belum tentu diterima oleh Yang Maha Kuasa. Bukan diriku minta sorga, bukan diriku ingin mendapat pahala. Atas dasar apa sehingga aku demikian percaya diri dan pantas meminta sesuatu yang amat mulia dari Dzat Yang Agung. Tak layak diriku meminta Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, pada saat diriku tidak pernah menyenangkanNya.
    Oh Tuhanku, Engkau demikian Pemurah, memberi rizki pada hamba baik ketika hamba mendekat atau menjauh daripadaMU. Ingatku maupun lupaku, bagiMu sama. Setiap mahluq engkau beri rizqi, berupa sandang, pangan, dan papan. Maupun rizqi lain yang berupa waktu, kesempatan, kesehatan, teman, keluarga yang baik dan rizqi-rizqi lain yang aku pasti takkan bisa menyebutkan semuanya. Karena nikmatMu berbilang lebih daripada tetesan air di samudera.
    Tahun 2009 semoga membawa hikmah. Pasti atas segala sesuatu yang terjadi dan menampak di muka bumi, mengandung hikmah. Baik itu yang mewujud dalam kesenangan maupun yang mewujud pada suatu kesedihan dan ketakutan. Semua ada dalam waktu yang berputar, berjalan mengiringi langkah anak manusia di muka bumi. Tinggallah diriku, apakah aku mampu menyelami dan menyentuh hikmah itu untuk diambil pelajaran dan pengetahuan sebagai kebaikan kehidupan saat ini dan mendatang. Hikmah tidak hanya melekat pada sesuatu yang aku sukai, hikmah juga kerap sekali muncul dalam kepedihan, kesengsaraan, tantangan, bahkan bahaya dan musibah.
    Aku berharap banyak menemukan hikmah-hikmah yang tersimpan. Mencoba untuk lebih sensitive mengamati karakter hikmah yang tersembunyi maupun yang nampak. Dengan sensitifitas tinggi atas hikmah dibalik perbuatan tersebut aku berharap lebih bisa berprestasi dan mensyukuri nikmatNya.
    Syukur adalah tanda bahwa aku dapat menerima dengan baik karunia yang di berikanNya, membagi karunia itu untuk orang lain, menyebar kebahagiaan buat makhluq di muka bumi, serta mengembalikan semua karunia kepadaNya sesuai ajaran dalam al Qur’an dan suri tauladan Nabi Nya Muhammad SAW. Karena sesungguhnya semua adalah milik Allah dan harus dikembalikan padaNya. Atas kesuksesan dan keberhasilan yang mungkin akan kuraih, semua terkandung hak manusia lain, didalamnya terkandung hak makhluq Allah atas rizki maupun prestasi yang kuraih.
    Aku percaya, Allah akan senantiasa melimpahkan rizqiNya untuk hamba-hambaNya yang amanah. Rizqi ibarat kepercayaan Allah pada hamba, maka manakala hambaNya amanah akan semakin di percayalah ia. Namun apabila hamba lena, maka semua akan diambil oleh Sang Pemilik, bahkan adzabnya pasti teramat pedih.
    Kucoba lebih memaknai hidup di 2009 ini dengan lebih mengoptimalkan keberpihakanku pada makna hidup yang sesungguhnya, yakni hidup akan bermakna dan menemukan manfaat manakala bermanfaat bagi orang lain. Aku masih ingat ungkapan, memberilah dan senantiasa memberi, jangan mengharap-harap pemberian, karena ketika engkau tidak diberi maka hatimu akan terluka. Ketulusan dan keihklasan dalam memberi menjadi kata kunci kelepasan dorongan nurani untuk selalu berbuat kebaikan pada orang lain.
    Sungguh, bahwa apa yang aku perbuat dengan ketulus-ikhlasan yang disertai dengan kesungguhan, maka pasti, pasti Allah akan senantiasa menjamin untuk melapangkan jalan yang lebih menyenangkan di hari esok.
    Aku ingin mencontoh, Nabi Muhammad yang senantiasa memberi tanpa mementingkan diri sendiri, harta, jiwa dan raga, bahkan doanya dimunjahkannya pada Allah untuk kepentingan dan kebikan ummatnya. Demikian pula, Hewlett Packard seorang milyuner yang berhasil dibidang komputer yang kemudian memilih hidup sederhana dan memberikan kekayaannya untuk dunia sosial. Juga, Disneyland yang bersemboyan “memberi kebahagiaan bagi masyarakat dunia” yang ternyata di dalamnya berusaha memberi layanan terbaik bagi anak-anak dunia, dan penghasilannya banyak didedikasi untuk sosial kemasyarakatan. Masih banyak lagi para tokoh yang memilih hidup sebaliknya dengan kesederhanaan. Bagi mereka hidupnya ternyata nikmat dan menyenangkan, mereka bersyukur atas apa yang dilakukannya dengan sepenuh hati itu. Melayani dan melayani. Mungkin bagi orang yang tidak tahu bersyukur, melihat kehidupan para tokoh itu aku yakin amatlah menyakitkan dan menyengsarakan diri. Namun, sekali lagi bagi mereka tidak ada kata sakit dan sengsara, karena semua justru merupakan kenikmatan bathin tiada tara untuk mengabdi pada orang lain dan kepentingan yang lebih besar.
    Aku inginkan diriku, menjadi seperti mereka. Orang-orang yang berdedikasi tinggi, memberikan lebih banyak hidup dan kehidupannya untuk orang lain. Semoga diriku bisa melakukan semua itu, dengan memohon ridlo Allah semoga catatan yang tergores dalam secarik kertas ini merupakan doa untukku memohon kepadaNya. Amin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar