Jumat, 20 Februari 2009

Merokok: Halal atau Haram Tidak Penting, yang Penting Berhenti!


Oleh: M. Afif Hasbullah

Beberapa waktu lalu sempat heboh mengenai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang keharaman merokok. Pro kontra terjadi, bagi kalangan perokok (ahli hisap) tentu tidak mau kebiasaan merokoknya dikatakan haram. Namun juga sebaliknya, bagi mereka yang tidak merokok, termasuk perempuan cenderung setuju dengan ketegasan hukum haram bagi perilaku merokok itu.

Nampaknya apa yang diputuskan oleh MUI itu mendapat reaksi beragam dari kalangan masyarakat. Bahkan ada yang memandang bahwa tidak perlu MUI bikin-bikin fatwa tentang keharaman merokok, karena menurut mereka akan lebih baik MUI memutuskan saja hukum-hukum fikih untuk persoalan bangsa yang cukup komplek ini. Itulah pandangan masyarakat.
Jangankan sebagian ummat yang tidak sepakat dengan penentuan hukum tersebut, para kyai saja banyak yang menolak atau minimal tidak ngreken dengan apa yang diputuskan MUI. Mereka berpendapat bahwa merokok dari dulu makruh. Atau setidaknya ada banyak hukum yang bisa dipakai tergantung dari penyebab apa seseorang diperbolehkan atau dilarang merokok.
Menurut hemat saya, perdebatan halal dan haramnya itu kurang penting. Setidaknya dalam pembicaraan fikih tidak akan mungkin terwujud satu pendapat yang sama. Madzhab saja boleh memilih, apalagi hanya madzhab kehalalan atau keharaman rokok.
Lalu yang penting apa?, menurut hemat saya yang penting itu berhenti merokok. Kenapa?, karena merokok sesungguhnya ada efek negatifnya. Tidak perlulah seorang manusia melakukan suatu perbuatan yang tidak berguna atau melakukan suatu hal yang ada unsur negatifnya. Berhenti merokok adalah suatu hal yang harus diperhatikan daripada bicara halal atau haram.
Efek Medis
Sudah banyak hasil penelitian yang mengatakan bahwa di dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 elemen, yang 250 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Dari racun tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Misalnya, tar yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket akan menempel pada paru-paru. Demikian pula nikotin akan mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat aditif ini juga bersifat karsinogen, yang dapat memicu Kanker Paru yang mematikan. 
Lain lagi dengan karbon monoksida. Karbon menoksida akan mengikat hemoglobin dalam darah, berpotensi membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. 
Efek Sosial
Banyak sekali orang yang akan terganggu dengan bau rokok, apalagi asap rokok. Mereka orang-orang yang tidak merokok pasti akan sangat terganggu dengan bau asap yang mengepul itu. Apalagi para ahli hisap itu seringkali tidak mau tahu terhadap lingkungan yang sudah dicemarinya itu. Saya sering melihat para ahli hisap tidak tahu diri itu dalam kasus-kasus seperti merokok diruang ber ac, merokok dikendaraan umum, merokok difasilitas public dan sebagainya. Mestinya mereka berusaha menyadari bahwa efek perokok pasif (orang yang tidak perokok tapi senantiasa menghisap asap perokok) akan jauh lebih berat daripada perokok aktif (perokok).
Efek Budaya
Saya sering menjumpai anak-anak usia sekolah sudah merokok, bahkan masih berpakaian sekolah juga tampil dengan gaya merokok. Merokok seringkali dicitrakan sebagai dewasa, gentel, kuat dan gengsi lainnya. Ini tentu tidak benar. Namun demikian, kebiasaan merokok bagi anak-anak seringkali dicontohkan melalui orang tua yang merokok di rumah atau didepan anaknya, melalui pak guru yang merokok di lingkungan sekolah, maupun juga pengaruh dari teman dan iklan di media massa.
Efek Ekonomi
Bagi mereka para perokok tentu ada akibat tertentu dari kebiasaannya, termasuk dana khusus untuk beli rokok. Banyak di antara perokok sesungguhnya bukan dalam kalangan orang yang berkelebihan secara ekonomi. Seringkali mereka bahkan memilih untuk merokok saja dari pada makan, tentu ini bila kadar keuangan pas-pasan. Apalagi untuk anak-anak mereka pasti belum isa cari uang, sehingga uang saku dari orang tualah yang dipakai beli rokok.
Kiat Berhenti Merokok
Saya tidak mungkin dapat mengeksplorasi bahaya merokok satu persatu. Namun yang jelas adalah bahwa merokok itu adalah kebiasaan negative, karena didalam merokok ada beberapa sisi negatifnya. Bahwa orang yang mengatakan merokok itu ada manfaatnya, itu tidak dapat dipakai sebagai alasan mainsteam. Saya yakin, bila mereka para ahli hisap itu berhenti pun, saya yakin produktifitasnya akan meningkat, badan terasa sehat dan manfaat yang lain.
Di sini, saya perlu berbagi mengenai pengalaman saya berhenti merokok. Karena menurut saya tidak penting bicara halal haram. Saya berhenti merokok sudah sejak tujuh tahun yang lalu. Sebelumnya saya adalah seorang perokok. Dulu, saya sehari maksimal menghabiskan 1 bungkus rokok. Saya berpengalaman merokok sejak di Madrasah Tsanawiyah, awalnya coba-coba, termasuk mencoba sisa rokok tamu di asbak. Selama saya merokok itu saya telah pernah mencoba banyak produk rokok, dari rokok kretek, rokok filter, sampai rokok putih. Di antara macam rokok itu, yang paling sering saya hisap adalah rokok gudang garam surya.
Di masa kuliah, timbul kesadaran saya untuk berhenti merokok. Namun ternyata upaya menstop rokok itu teramat sulit. Saya pernah tiga kali berhenti merokok, namun ternyata berhentinya tidak lama, alias gagal. Usaha pertama, saya sempat berhenti selama 3 bulan, setelah itu saya kembali lagi merokok. Usaha kedua, saya sampai bertahan selama 4 bulan. Sedangkan yang ketiga, alhamdulillah saya mencapai prestasi berhenti selama 8 bulan. Pertanyaannya, kenapa saya selalu gagal?. Kegagalan yang saya alami adalah semata-mata karena coba-coba, istilahnya mentang-mentang sudah berhenti 8 bulan lalu kalau hanya coba sebatang bareng teman tidak akan berpengaruh terhadap niat berhenti.
Ternyata, teman-teman perokok juga juga punya pengaruh besar buat kembalinya kebiasaan buruk merokok. Ya, bisa saja tidak terpengaruh, semua tentu tergantung pada seberapa besar niatan untuk tidak sekali kali mencoba merokok.
Saya baru berhasil berhenti sampai saat ini ketika didukung oleh istri. Saya melihat bahwa istri saya tidak suka bau rokok maka saya merasa ada amunisi baru untuk mengingatkan saya mengenai kebiasaan buruk itu.
Lalu apa rahasia untuk bisa berhenti merokok?. Sepanjang pengalaman saya, saya melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penyadaran akan sisi negatif rokok
Kalau kita hendak memulai sesuatu, termasuk ingin berhenti merokok, tentu sayang harus dilakukan adalah penyadaran dalam hati bahwa merokok itu tidak bermanfaat dan banyak unsur negatifnya. Sadar sepenuhnya dalam hati, kuatkan tekad dan berusahalah membuat motifasi diri untuk berhenti. Oleh karenanya, banyaklah membaca informasi mengenai bahaya merokok, berkumpul dan diskusikanlah tentang efek merokok dengan orang yang tidak merokok. Karena kalau bicara dengan perokok, pasti yang dikatakan adalah bahwa merokok itu tidak beresiko.
2. Buanglah rokok anda
Ketika sudah ada niatan kuat untuk stop merokok, maka buanglah rokok yang anda beli dengan sekuat tenaga dan emosi. Nyatakan sambil membuang rokok, bahwa ada kebencian yang kuat padanya. Betapapun rokok satu bungkus itu baru terhisap satu, buanglah. Namun, kalau masih sayang membuang rokok, berarti kita belum siap berhenti merokok. Yah, bolehlah kalau mau dikasihkan teman yang masih perokok, bila dianggap membuang rokok itu mubazir. Namun yang penting adalah, nyatakan kebencian itu.
3. Buat pengumuman
Kalau sudah selesai membuang rokok, maka buatlah pengumuman kepada sebanyak-banyaknya teman anda bahwa saya berhenti merokok. Tidak perlu malu. Ini bermanfaat untuk kita, ketika kita ketahuan merokok akan diingatkan atau kita akan digojlok oleh teman. Bahkan diantara teman itu pasti akan ada yang menguji kita, termasuk mengecilkan atau meremehkan usaha kita. Namun tetaplah pada niat, jangan terpengaruh.
4. Banyak minum air putih
Air putih akan mentralisir rasa asam dan berbagai rasa lain yang cenderung mendorong untuk merokok. Oleh karenanya jagalah mulut agar tetap stabil dalam rasa. Hentikan kopi, hentikan menyisakan rasa dalam mulut setelah makan atau minum. Resep mengunyah permen ketika ingin berhenti, menurut saya tidak tepat. Karena dengan rasa permen itu kita akan ingin merokok.
5. Berusahalah membenci bau rokok
Bencilah bau rokok. Ketika anda sudah berusaha berhenti anda lambat laun akan merasakan bagaimana tidak enaknya bau rokok. Bayangkan suatu asap yang keluar dari mulut seseorang yang mungkin mulut itu bau kemudian terhisap oleh kita. Sungguh jijik.
6. Berhenti sekarang juga
Tips berhenti merokok dengan mengurangi batangan yang dihisap menurut saya kurang tepat. Karena potensi gagalnya tinggi. Sudah wajar bahwa namanya nafsu merokok akan senantiasa ada, yang itu dikendalikan oleh nurani. Bisa saja yang sebelumnya sehari satu bungkus besok hari dikurangi setengah bungkus perhari dan seterusnya. Namun seringkali ini terlalu lama dan kita menggantungkan nafsu pada suatu keadaan yang tidak tegas.
7. Bersabar
Merupakan suatu tantangan tersendiri ketika harus berhenti merokok. Seolah hari terasa panjang karena tidak merokok. Namun lakukanlah dengan sabar, karena sekali mencoba hisap lagi akan berpotensi berlanjut dan gagal. Nafsu atau kecanduan itu akan hilang seiring hilangnya nikotin-nikotin yang melekat dalam tubuh dan darah.
Pesan saya, kalau sudah ada niat, lakukan, sekarang juga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar